Peran
Saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah
Guru dengan segala kelebihannya ditantang untuk
menerapkan cara menuntun yang baik ketika anak kehilangan arah dalam menjalani
kehidupannya. Tuntunan yang berupa ajakan kembali ke jalan yang benar merupakan
hal yang semestinya dipilih oleh seorang pendidik. Tuntunan yang dimaksud
berkaitan dengan cara guru mengajak murid untuk menyakini bahwa dirinya tidak
sedang dihukum ketika diajak untuk merenungi kembali jikalau melakukan perilaku
yang kurang tepat. Tuntunan yang diharapkan berupa tuntunan yang sesuai dengan
kodrat alam dan juga kodrat zamannya. Bagaimana seorang siswa mamahami bahwa
dirinya hidup dan lahir dilingkungan alam dengan sosio kultural yang menjaga
jati diri dalam suatu komunitas. Anak juga diajak bagaimana memahami budaya
positif yang sesuai dengan kodrat zamannya.
Budaya positif yanag berupa disiplin positif, motivasi
perilaku manusia, dan keyakinan kelas sangat erat kaitannya dengan nilai dan
peran guru penggerak. Disiplin yang mengharapkan seseorang bisa berbuat sesuai
peraturan yang ada beralih menjadi keyakinan bersama untuk mengatur cara hidup
dalam suatu lingkungan sekolah. Model keyakinan kelas merupakan cara
keberpihakan guru terhadap murid. Kita melihat bahwa seorang guru dalam
menerapkan dan menegakkan disiplin haruslah berihak kepada murid. Lebih
khususnya dalam hal memperlakukan murid harus dilihat kodrat alamnya dan juga
kodrat zamannya.
Budaya positif juga menunjukkan hubungan cara untuk
berpikir reflektif. Kekhususan berpikir reflektif dalam hal melihat suatu
tindakan dengan tidak memojokan kesalahan murid. Kita juga harus bisa
menempatkan diri pada posisi anak ketika melakukan kesalahan. Hal ini sangat
berpengaruh bagi perkembangan semangat anak.
Terlebih
lagi dengan segitiga restitusi yang merupakan pendekatan guru dalam menerapkan
budaya positif. Seorang anak yang baik ketika melakukan kesalahan harus diajak
untuk memahami identitasnya dengan mengubah identitas anak dari orang yang gagal
karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Kemudian validasi
tindakan yang salah berkaitan dengan guru harus memahami alasannya, dan paham
bahwa setiap orang pasti akan melakukan yang terbaik di waktu tertentu. Sebuah
pelanggaran aturan seringkali memenuhi kebutuhan anak akan penguasaan/power
walaupun seringkali bertabrakan dengan kebutuhan yang lain, yaitu kebutuhan
akan kasih sayang dan rasa diterima/love and belonging. Kalau kita tolak anak
yang sedang berbuat salah, dia akan tetap menjadi bagian dari masalah,
namun bila kita memahami alasannya melakukan sesuatu, maka dia akan merasa
dipahami. Terakhir menanyakan keyakinan. Ini merupakan hal yang perlu
dilakukan supaya anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dia
percaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan.